Embah putri di tengah sawah memetik jarung. Yahhh mukanya tidak kelihatan
Embah kakung menata jagung di karung
Cuaca di sawah sangat panas karena sudah menjelang tengah hari. Karena belum selesai, aku dan adik Fael turut serta memetik jagung dan dimasukkan di dalam karung bagor. Wah sudah panas, gatal lagi. Aku tidak menghitung berapa jagung yang telah aku petik. Tetapi yang jelas aku bantu mbah putri sampai selesai.adik Fael juga ikut petik jagung.
Dapat berapa karung di Fael
Tapi karena capek, dia lalu cari belalang.
Hore Fael dapat seekor belalang kecil
Sementara bapak, mengusung membantu mengusung jagung ke pematang. Bapak membawa karung jagung di atas kepalanya (menyunggi) tetapi kadang-kadang juga digendong di punggung.
Wah, Bapak nyunggi karung jagung. berat ya??
Aku membayangkan betapa beratnya embah setiap kali panen (panen padi atau panen jagung). Sudah panas, gatal, dan kulitku tergesek-gesek daun jagung yang berbulu dan bikin gatal. Ah susahnya menjadi petani. Pekerjaan petani seperti embah sangat berat, capek, dan membuat kulit hitam legam. Tetapi embah gembira karena panennya cukup bagus tahun ini. Embah putri berjanji padaku, nanti kalau jagung sudah dijual, aku mau diberi uang untuk membeli sepatu karena tahu sepatuku telah sobek. Maka aku bersemangat membantu embah.
Dik Gita nyusul ke sawah ama bulik